Sabtu, 26 November 2011

belajarlah sampai kenegeri cina


Belajarlah Gaya Hidup Kepada Bangsa China

Oleh : KH. A. Hasyim Muzadi

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang

Saya ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang RRC (Tiongkok) kepada
kamu semua. Dengan perjalanan ini, saya menjadi lebih mengerti kenapa
Rasulullah SAW menganjurkan kita supaya mencari ilmu, sekalipun ke
Negeri Cina. Saya perhatikan ada beberapa kekhususan dari China, yaitu:

1. Segi Historis (Sejarah)
China adalah bangsa yang tua
karena beribu-ribu tahun sebelum masehi, China sudah menjadi bangsa
yang besar bersama dengan Romawi, Yunani, Persia, India, dll. Ini adalah bangsa-bangsa tua yang ribuan tahun sebelum masehi sudah dikenal dalam sejarah.

2. Segi Geografis

China persis berada pada posisi tengah-tengah dari Benua Asia. Adapun selisih waktu antara Beijing dengan Jakarta hanya 1 jam sebagaimana selisih WIB dan WITA.
Luas Negara China ini luar biasa, bahkan melampui luasnya Amerika Serikat dan hampir sama dengan luas Uni Sovyet sebelum pecah.

3. Segi Populasi

Negara China mempunyai jumlah populasi
terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3 milyar jiwa. Ini jumlah penduduk
yang ada di China daratan, belum lagi bangsa China berada di luar China
(Overseas China). Di Negara mana-mana pasti ada orang China,
termasuk Kalpataru, Cengger Ayam, bahkan daerah yang
nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di dunia ini
yang tidak ada orang Chinanya. Jumlah populasi orang China yang berada
di luar RRC itu kalau ditotal sekitar 600 juta jiwa. Sehingga kalau
ditotal secara keseluruhan, maka jumlah populasi warga China mencapai
hampir 2 milyar jiwa.

4. Segi Ekonomi

China ini adalah bangsa yang mempunyai
etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu
bekerja selama 11 jam, padahal kita saja yang berkerja 8 jam sehari
sudah merasa berat. Perhatikan orang China yang buka toko. Pada pukul
06.00 dia sudah membuka toko dan tutup menjelang Maghrib, kemudian
malam harinya, dia totalan. Jadi, waktu yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk keperluan yang berkaitan dengan usaha dagangnya.

Di samping sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja
cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak
ditiru oleh Negara China. Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana
saya ditunjukkan jam tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70
juta Rupiah, sampai Rolex yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk
membedakan antara yang asli dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC
mempunyai potensi luar biasa untuk menghancurkan Barat. Apalagi
produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau satu
orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13
milyar baju.

5. Rasa Persaudaraan (Kecinaan)

Bangsa China mempunyai
rasa "kecinaan" dunia. Jadi, kalau orang China ketemu sama orang China
lainnya, perasaannya lain dibandingkan ketemu dengan kita.

6. Segi Politik

Dahulu Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah
harga mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat
untuk membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan
ribu jiwa. Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan
panjangnya sekita sepanjang 6000 KM.
Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung dikuburkan di dekat situ.
Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena ada alam
arwahnya.

Setelah itu Negara China dipimpin oleh Komunis. Pemerintahan
Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China yang luar biasa,
menjadikan Negara China memperoleh untung besar. Kenapa?, karena nilai
yang dimakan oleh masing-masing orang China, lebih sedikit dari pada
nilai hasil kerja mereka. Ibaratnya: kalau nilai kerjanya Rp. 20.000
perhari, maka dia hanya memakainya sebanyak Rp, 10.000 sehari,
sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya menjadi hak Negara, sehingga yang
semakin kuat adalah Negaranya. Ini terjadi pada waktu pemerintahan
Komunis dipimpin oleh tokoh bernama Mao Zedong.
Setelah Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah,
namun politiknya tetap berhaluan Komunis. Artinya: orang China masih
diperintahkan untuk kolektivitas, tapi ekonomi China mulai dibuka
pelan-pelan. Dari situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb.

Bahkan lebih dari 4 juta anak-anak muda China, dikirim ke seluruh dunia
untuk belajar membuat barang-barang yang dibuat di negara-negara yang
mereka tempati. Semua itu dibiayai oleh Negara.

Akhirnya ekonomi China meledak dan berkembang sangat pesat.
Kenapa?, karena bangsa China itu tidak suka hidup mewah, di samping
karena budaya, juga karena faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi,
Negara China itu dari Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak
longgar, bahkan sekarang menjadi Kapitalis, namun bukan "dikapitalisi"
oleh orang lain.

Dalam tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China disulap menjadi lebih hebat dari Washington dan New York.
Jadi, di sana saya seperti memasuki daerah yang aneh, karena saya dulu
pernah ke China, tapi tidak seperti yang sekarang ini. Sekarang ini
Negara China luar biasa hebatnya dan mulai menggeser posisi ekonomi
Barat. Kenapa itu bisa terjadi?, karena RRC tidak mau terikat dengan
semua ikatan ekonomi internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb.
Sehingga RRC ini berjalan tidak berdasarkan konsensus internasional,
melainkan menggelinding sendirian dengan kekuatan raksasa yang mereka
miliki.

Hidup bangsa China tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya
yang mengacu kepada filsafat Konghucu. Sekalipun bangsa China adalah
komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya
mereka masih mendewakan Kongfuche sampai hari ini. Orang China yang
beragama Kristen menganut Konghuchu, orang China yang beragama Islam
juga menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi agama negara dan
agama bangsa.

Umat Islam di China tidak besar, jumlah mereka kurang lebih sekitar
50 juta saja. Apa artinya 50 juta muslim di tengah-tengah 1.3 milyar
penduduk RRC. Orang Islam di sana rata-rata sudah berusia tua yang
kelasnya "Husnul khatimah".

Nah, yang menarik bagi saya dan mungkin cocok dengan kandungan
Hadits di atas adalah bahwa bangsa China itu selalu hidup di bawah
jumlah penghasilannya. Saya kira, sikap ini perlu kamu tiru. Tidak ada
orang China yang menghabiskan uang Rp. 10.000 sehari, kalau
penghasilannya tidak mencapai Rp. 15.000. Ketika orang China masih
berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya makan sebanyak Rp. 4.000 saja.
Jadi, bangsa China itu pantang memakan habis hasil keringatnya dan
harus ada sisa dari hasil keringatnya tadi.

Bangsa China sudah terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin
mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa meniru sepeda motor model Harley
Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang naik sepeda motor. Saya
lihat di kota Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang
dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM,
mereka memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka
memilih naik bus. Kalau sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil;
itupun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun
sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional,
yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat, lebih selamat, dan
anti-polusi.

Di sana juga banyak sepeda pancal, namun sepeda yang dipakai itu
jelek-jelek, karena yang baik-baik itu untuk dijual. Jadi, bangsa China
ini mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan
bangsa-bangsa yang lain. Orang China itu kalau yang terbaik untuk
dijual, sedangkan yang jelek untuk dipakai sendiri.
Di RRC jarang ada rumah mewah, yang banyak adalah rumah susun,
maklum jumlah penduduknya milyaran orang. Sedangan bangunan yang
megah-megah adalah semacam universitas, pertokoan, mall, kantor, dsb.
Orang-orang
China jarang yang gemuk, padahal makannya banyak. Mereka bisa langsing
karena sering jalan kaki dan berolah raga. Bahkan hampir seluruh
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat-obatan, tumbuh subur di
Negara China. Ibaratnya, Negara China adalah miniatur dari
tanaman-tanaman yang berkhasiat obat. Lha, ini yang menginspirasi Mr.
Li Xiang untuk memproduksi obat-obatan, tapi sudah dimodernisir. Pabrik
yang dimiliki oleh Mr. Xiang ini sekarang sudah menguasai 1/3 pasaran
obat di dunia. Dia menggunakan sistem MLM (Multi Level Marketing) dan
sistem bonus, yaitu setiap orang yang berhasil menggaet pelanggan lain,
akan diberi bonus. Jadi, kalau saya membuat 100 anak Al-Hikam membeli
produk obatnya, maka saya akan mendapatkan keuntungan dari 100 orang
tadi. Dengan sistem promosi yang berjenjang seperti ini, maka orang
berlomba-lomba kaya melalui pabrik milik Mr. Xiang ini. Bonusnya juga
ndak tanggung-tanggung, ada bonus berupa pesawat, kapal pesiar, mobil,
sepeda motor, dsb.

Saya kan sudah ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dsb., saya
melihat bangsa China ini memang aneh. Mereka lebih mendulukan bekerja
dari pada makan. Jumlah yang dimakan harus di bawah hasil kerja.
Sebenarnya makannya orang China itu banyak sama dengan makanya orang
Arab; akan tetapi karena mereka berolah-raga terus, sehingga jarang
yang gemuk. Lain hanya dengan orang Amerika, di sana ada wong gowo wetenge tok wis kabotan, mergo kakean badokan (orang
bawa perutnya sendiri sudah keberatan, sebab kebanyakan makan. red).
Lalu saya teringat pada Hadits Rasulullah SAW , Hadits itu ditujukan
untuk urusan kehidupan duniawi.

Bangsa China ini pekerja keras dan pekerja cerdas. Kalau orang
Bugis, Madura dan Batak adalah pekerja keras, tapi tidak cerdas,
sehingga kalau ayahnya jualan rokok di rombong, maka anaknya juga
demikian. Beda dengan orang China; kalau ayahnya jualan kacang
buntelan, maka pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik
kacang. Jadi, untuk faktor enterpreneurship, mungkin China itu nomer
satu di dunia.

Orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka
meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb.
adapun masalah berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah China.
Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia.
Jadi, orang Indonesia itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi
kalau makan, harus berkeringat. Berarti di sini kita mengalami hambatan
budaya untuk maju.

Ini semua membuat saya mikir-mikir: seandainya ibadah, tauhid, dan
akhlaq kita digandengkan dengan etos kerjanya orang China, maka saya
kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW.
"Bekerjalah
untuk duniammu, seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah
untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari"
Kesalahan orang Islam adalah menghindari kerja keras, seakan-akan
tidak berkerja keras adalah bagian dari tasawuf, padahal pandangan
seperti itu adalah bagian dari kebodohan. Tasawuf itu ngeresii ati,
bukan nganggur. Banyak orang Islam yang merasa mulya ketika ngganggur,
tapi kok urip, padahal orang seperti ini pasti menjadi benalu atau
seperti bunga teratai yang hidup terombang-ambing di atas air,
sekalipun berbunga, ia tidak bisa lepas dari air. Oleh karena itu, saya
ingin kamu semua mempunyai etos kerja dan enterpreneurship.
Saya melihat orang China di sana jarang omong. Mereka ngomong
seperlunya, karena pekerjaan lebih mereka dahulukan. Sedangkan di sini, omong-omongan tok iso sampek 4 jam sambil ngentekno kopi 4 gelas (berbincang- bincang
saja bisa sampai 4 jam sambil menghabiskan kopi 4 gelas. red), serta
bercerita yang sama sekali tidak ada gunanya. Ini disebut dengan wasting time (menyia- nyiakan
waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang
menyia-nyiakan waktu atau hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan
oleh Allah SWT.
Sebenarnya Islam mengajarkan etos kerja ini ketika Rasulullah SAW
ditanya: "Rezeki apa yang paling baik?", beliau menjawab; "Rezeki
terbaik adalah rezeki hasil tangannya sendiri". Kadang-kadang, karena
orang tua masih cukup, maka seseorang nebeng kepada orang tua,
sementara dia sendiri tidak ada mempunyai kreativitas; sehingga begitu
ditinggal mati oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.

Saya melihat bahwa perusahaan-perusaha an besar milik orang China di
Indonesia, rata-rata Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun.
Misalnya: Gudang Garam, Djarum, dsb. Perusahaan-perusaha an itu sudah
tidak dipegang oleh ayahnya, karena ayahnya sudah menjadi konsultan,
sedangkan yang menjadi eksekutif commite-nya adalah anak-anaknya.
Saya sebenarnya ingin kamu berlatih dua hal, yaitu: jangan
memubadzirkan waktumu, demi menegakkan etos kerja dan berusahalah
berprestasi lebih tinggi dari pada apa yang kamu butuhkan
.
Hal-halseperti di atas, kalau digandengkan dengan akhlak dan tauhid, maka
itulah bentuk nyata dari fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah.
Negara-negara Islam, mulai dari Saudai Arabia sampai Maroko, adalah
Negara-negara yang kaya, namun bukan Negara yang maju. Negara-negara di
Timur Tengah menjadi Negara kaya, karena mempunyai minyaknya melimpah.
Namun karena yang menyedot minyak adalah Amerika, maka Negara-negara
Timur Tengah hanya dikasih 15 % dari hasil sedotan. Itu sudah membuat
mereka menjadi Negara kaya, akan tetapi tidak bisa menjadikan mereka
sebagai Negara maju, karena nyedot minyak saja tidak bisa. Sementara
Negara-negara di Timur Tengah yang tidak punya minyak, semuanya menjadi
Negara miskin, contoh: Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Moroko, apalagi
Sudan. Sudan itu ibukotanya bernama Kartoum, namun bandara Kartoum saja
tidak ada WC-nya, sehingga kalau mau kencing harus melayu adoh ke
tempat sing gerumbul-gerumbul (yang rimbun. red), sehabis kencing, diobati (maksudnya; diobat-abit) .

Sebenarnya, perintah melihat bangsa China adalah bagian dari Hadits
yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang mukmin. Kalau
hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah milikmu.
Jangan karena tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara
itu kececer dan dipegang oleh orang lain, maka ambil kembali hikah itu.

Contoh: Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita tidak
memakai hasil penelitian orang Eropa?. Dulu, sebelum orang Eropa maju,
yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran, matematika, gizi, dsb.
diteliti oleh ulama'-ulama' Islam. Oleh karena itu, ambillah hikmah
dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam.
Jadi, tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara
daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu
ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam,
ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya saja, sampai hari ini,
orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara Negara Islam
dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai agama,
telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang oleh orang muslim di
negara Islam itu sendiri.

Ketika saya masuk Somalia, penduduknya begitu miskin. Kalau di sana
ada orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah.
Padahal Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua
mengingatkan kita, kenapa Negeri Islam, penduduknya miskin-miskin,
sedangkan penduduk di daerah non-muslim kok tidak demikian. Ilmu memang
ada di sini, namun yang melakukan adalah orang di luar Islam. Jadi,
ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja keras adalah Islami. Mereka
yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai syahadat; sedangkan di
Negara-negara Islam pakai syahadat, tapi ilmunya tidak diamalkan. Jadi,
kalau syahadat itu ibarat lokomitif, sedangkan gerbongnya adalah ilmu.
Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama diperlukan. Kalau ada
lokomotif ndak pakai gerbong, itu kan lucu.

Akhirnya di Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan karena
selisih paham, saling bunuh-membunuh karena selisih aliran, dsb. Jadi,
Islam yang kaffah itu bukan Negara harus distempel Islam, namun
unsur-unsur ke-Islam-an yang harus diterapkan di Negara itu. Nah,
sekarang itu, golongan seperti Hizbut Tahrir, FPI, dsb. mengatakan
bahwa Islam Kaffah adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak orang
Islam ini, distempel Islam; ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya
itu menjadi maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah
orang-perorang, bukan institusi. Jadi yang harus bertanggung jawab
adalah individu, bukan nation state-nya. Baru pemahamannya saja, mereka
sudah menceng dan tidak karu-karuan. Mereka itu sebenarnya tidak
kaffah, tapi merasa paling kaffah. Kemarin saya didatangi oleh Redaktur
Majalah Sabili; saya dikritik karena saya kok masih mempertahankan
Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah, berarti tidak
kaffah. Lalu saya jawab: Lho, yang dimaksud kaffah bukan
simbolistik- simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan,
kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah.

Untuk mengerti bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca
Hadits. Akan tetapi untuk menciptaan masyarakat yang mampu bersedekah,
maka tidak cukup hanya dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu
adalah proses perjuangan ekonomi kerakyatan. Sementara sekolah-sekolah
Islam yang di Timur Tengah, isinya menghafal saja, sehingga berhenti
sampai hafalan, tidak pada aktualisasinya. Dino-dino omongane dalil (sehari- hari bicara dalil. red), tapi dalil iku gak tahu dilakoni (tidak pernah dilakukan. red).

Semua ini menjadikan saya termenung. Sudah berapa Negara yang saya
kelilingi, saya kira sudah lebih dari 40 Negara. Namun, untuk kunjungan
ke China, rasanya lain bagi saya. Bagaimana tidak?, mereka punya
sesuatu, tapi tidak mau pakai; mempunyai etos kerja tinggi, tetapi
hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang asal
jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor,
karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umure wong Chino iku dowo-dowo, gak mati-mati sampek tuek tuyuk-tuyuk ( umur orang china itu panjang-panjang, tidak mati-mati sampai tua. red) , bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.

jadi, budaya kita ternyata tidak produktif. Bagaimana kita bisa
mempunyai budaya yang produktif, tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini
baru menjadi bangunan dari fiddunya hasanah wa fil akhriati hasanah.

Saya masih akan ke Moskow. Rusia itu dedengkot komunis dunia. Mereka
telah mendirikan komunisme yang bertahan selama 70 tahun, lalu ambruk.
Kenapa Rusia setelah direformasi, kok ambruk, sedangkan China setelah
reformasi kok malah melejit, padahal keduanya sama-sama komunis?. Itu
karena komunis di China menggunakan budaya China, yaitu makan kurang
dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan melebihi kapasitas
hasil kerjanya. Sekarang ini orang China pergi ke Moskow secara
besar-besaran untuk menggarap pertanian-pertanian . Sehingga sekarang
ini Rusia tampaknya berada di bawah kendali RRC.

Ketika saya di China, saya bertemu dengan pedagang Amerika yang
berasal dari Wall Street di New york. Dia minta dengan hormat, supaya
China itu tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena
kalau ini diteruskan, maka perekonomian akan ambruk dalam 5 tahun.
Jawabnya orang China: "Saya tidak ingin mengekspor barang saya, kalau
rakyat Anda tidak ingin membeli barang saya". Itungan China kan begini:
Penduduk China itu berjumlah 1.3 Milyar jiwa, kalau setiap orang
memperoleh bati 1$ saja, berarti untunganya sudah mencapai 1.3 Milyar
dollar. Jadi, gimana mereka mau disaingi, itu kan ndak mungkin.